Seorang ibu yang cerdas akan berusaha mencari tahu bagaimana cara agar anaknya mencintai ibadah, suka menolong sesama, tidak egois, dan sikap-sikap mulia lainnya.
Dengan cara bermain dan penuh kasih sayang, seorang ibu harus menanamkan kebaikan kepada anak. Cara lain adalah dengan memberikan motivasi kepada anak untuk melakukan perbuatan baik, mungkin berupa pujian ataupun hadiah sehingga ia merasakan nikmatnya melakukan kebaikan. Melalui penyampaian cerita-cerita orang-orang bijak, kisah akibat orang yang melakukan kebaikan atau keburukan, serta membawa anak ke majlis-majlis keagamaan dan do’a adalah merupakan contoh trik-trik yang dapat dilakukan dalam menerapkan nilai- nilai keagamaan pada anak-anak.Selain itu, seorang ibu harus mampu memberikan jawaban atas pertanyaan anak yang berkenaan dengan dirinya, siapa Tuhan, dan pertanyaan-pertanyaan lain tentang ajaran agama, artinya, membangun masyarakat religius harus diawali dengan mendidik para ibu dan memberikan kesempatan belajar bagi kaum perempuan.
Peran sebagai Istri
Allah telah menciptakan hewan dan tumbuhan dalam keadaan berpasang-pasangan, sehingga melalui cara itulah komunitas mereka dapat terus berkembang dan berlanjut. Allah juga telah menciptakan manusia dari jenis laki-laki dan perempuan, lalu menyatukan mereka melalui sebuah pernikahan.
Seorang istri, dapat menjadi teman seperjalanan suami untuk mencapai kebahagiaan hakiki. Seorang istri dapat menjadi motivator bagi suami untuk melakukan suatu kebaikan dan meninggalkan keburukan.
Dalam sejarah disebutkan, setelah pernikahan Imam Ali as dan Fatimah Az-Zahra as, Rasulullah saw bertanya kepada Imam Ali as tentang istrinya, “Wahai Ali, bagaimana engkau melihat Fatimah Zahra putriku? Imam Ali menjawab, “Aku melihatnya sebagai teman dan penolong terbaik dalam ketaatan kepada Allah swt.” Di dalam kalimat itu terkandung makna yang agung, yaitu bahwa istri yang baik adalah istri yang menjadi teman suaminya dalam meningkatkan moralitas, spiritualitas, dan religiulitas.
Begitupula sebaliknya, istri yang buruk adalah istri yang menjadi penghalang suami dalam meningkatkan moral, spiritualitas, dan religiusitasnya. Banyak terjadi suami yang melakukan korupsi, mencuri, atau merampok demi memenuhi tuntutan istri. Sa’di (penyair Iran) berkata, “Perempuan buruk bagi suami yang baik semenjak di dunia inipun ibarat neraka baginya.”
Peran sebagai Anggota Masyarakat
Jika ada istilah “muslimah modern”, Menjadi muslimah (perempuan Islam) berarti ia harus menjalani ajaran sesuai tradisi Islam, sedangkan menjadi modern, ia senantiasa didorong untuk membentuk kepribadian yang bersifat kekinian. Menjadi muslimah modern adalah bagaimana menjadi perempuan yang baik sesuai tradisi Islam, sekaligus berperan cantik di hadapan realitas yang terus berubah meninggalkan tradisi.
Dalam Islam tidak ada larangan bagi perempuan untuk berperan aktif dalam masyarakat. Perempuan berhak untuk mengekspresikan dan mengembangkan potensi dan kemampuan yang ada pada dirinya. Hanya saja, Islam menganjurkan agar aktifitas perempuan di luar rumah tidak sampai mengorbankan tugas utamanya sebagai seorang istri dan ibu.
Sebagaimana perempuan dapat menjadi sumber daya jitu untuk memperbaiki sebuah masyarakat, perempuan yang sadar memiliki tugas untuk menjelaskan kembali fungsi agama dalam menghantarkan manusia dalam menuju kebahagiaan hakiki. Perempuan yang tercerahkan harus mengingatkan saudara-saudara mereka akan peran dan tugas yang dipikul perempuan, baik melalui pendekatan, media, pelatihan, dan cara lainnya. Tugas ini akan berhasil jika dilakukan oleh perempuan itu sendiri. *** (Dari berbagai sumber).
No comments:
Post a Comment